health
Jangan Pakai Celana Ketat, Kalau Ingin Kualitas Sperma Terjaga
Selain celana ketat, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan.
Penggunaan celana ketat dan berbahan keras pada pria ternyata tidak disarankan oleh dokter. Lantaran akan berdampak pada kualitas sperma pada pria.
Pemakaian celana ketat disebut bisa menekan organ reproduksi pria.
"Karena dia letaknya di luar, ada pengaruh dari penggunaan pakaian yang ketat, pakaian dalam kah atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans," kata Dokter spesialis andrologi dan seksologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana dr Silvia W Lestari SpAnd.
Selain celana ketat, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan. Bahkan, ada beberapa olahraga yang juga tidak disarankan untuk dilakukan karena akan berpengaruh kepada organ reproduksi pria.
"Selain sepeda, juga tidak dianjurkan melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut, seperti situp atau angkat beban. Jadi yang aman berupa jalan, lari atau berenang," katany.
Selain larangan itu, ia juga mengemukakan beberapa hal yang bisa menjaga kualitas sperma tetap baik. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan juga mengandung protein tinggi serta mengandung antioksidan.
Nutrisi tersebut biasanya didapat dari makanan berupa ikan, ayam, telur dan sayur serta buah-buahan. Tetapi dengan catatan, untuk pengolahannya perlu diperhatikan. Pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari, tidak boleh digoreng atau dibakar.
"Dianjurkan pengolahannya direbus, dipepes (kukus), dibuat sup atau ditumis, itu akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan bisa menghamili," katanya.
Lebih jauh, ia mengemukakan, bagi suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya memperbaiki pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan sedini mungkin agar bisa diobati jika ada gangguan hormon reproduksinya.
Sebab menurutnya, kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata, jadi harus diperiksa menggunakan mikroskop.
Karena tanpa sadar gangguan hormon utamanya pada pria tidak bisa dideteksi tanpa analisa sperma.
"Perbaikan sperma akan terjadi dalam waktu 3-6 bulan, bersamaan dengan istri dan dokter obgyn apakah ada endometriosis atau PCOS, jadi yang dilakukan peningkatan kualitas sperma, peningkatan kualitas sel telur, dan penyakit penyerta yang bisa mempengaruhi kualitas telur atau embrio nantinya," katanya.