lifestyle

Ini Cara agar Thrifting Aman dan Tidak Terkena Penyakit Menular pada Kulit

Banyak motivasi yang membuat orang lebih memilih thrifting ketimbang beli baru, salah satunya karena menantang kreativitas dalam bergaya atau styling.


Editor: Yani
Sabtu, 4 Maret 2023 | 00:52 WIB
Ilustrasi thrifting atau mencari benda layak pakai meski sudah bekas. (Freepik)
Ilustrasi thrifting atau mencari benda layak pakai meski sudah bekas. (Freepik)

Aktivitas membeli pakaian bekas atau thrifting saat ini masih menjadi tren di berbagai kalangan. pakaian bekas yang dijual pun biasanya masih terkategori layak pakai. Biasanya ada sejumlah alasan orang memilih thrifting dibandingkan membeli barang baru.

Salah satunya menghemat pengeluaran serta membantu mengurangi limbah tekstil. Fenomena ini sebenarnya juga menjadi peluang bisnis baru sejak masa Pandemi Covid.

Banyak motivasi yang membuat orang lebih memilih thrifting ketimbang beli baru, salah satunya karena menantang kreativitas dalam bergaya atau styling.

Meski begitu, dalam membeli baju bekas layak pakai tentunya butuh beberapa hal yang harus diantisipasi agar menghindari kemungkinan penyakit atau penularannya melalui baju bekas.

Dokter spesialis kulit dari anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dr Arini Widodo, SpKK mengemukakan sejumlah tips memilih pakaian bekas agar terhindar dari infeksi yang disebabkan virus, jamur, bakteri, hingga tungau.

Pertama, dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini menyarankan untuk memperhatikan kebersihan. Bahkan tidak hanya baju atau pakaiannya saja, melainkan toko yang dituju saat ingin membeli pakaian bekas.

"Perhatikan, apakah toko tersebut mengutamakan kebersihan barang-barangnya atau tidak," kata Arini seperti dikutip Antara.

Kemudian, alangkah lebih baik jika kita mengetahui track record pemilik pakaian tersebut sebelumnya.

Langkah selanjutnya, perhatikan kemungkinan adanya noda yang menempel pada pakaian tersebut, baik yang disebabkan oleh kotoran, bercak darah, dan sebagainya.

Kemudian, pastikan pakaian bekas yang hendak dibeli sudah dicuci.

"Cium baunya, dari situ bisa menentukan apakah pakaian itu sudah dicuci atau belum. Jangan beli yang belum dicuci karena bisa saja ada agen infeksi yang menempel di situ," ujar Arini.

Arini pun kemudian memperingatkan agar tidak membeli pakaian dalam, handuk, selimut, sprei, dan topi bekas dari toko. Sebab menurutnya barang-barang tersebut memiliki kemungkinan yang lebih besar sebagai media penularan penyakit.

Pastikan pakaian yang dipilih ukurannya pas di badan. Hal ini tentunya untuk menghindari kemungkinan pakaian yang terlalu ketat.

"Kadang-kadang, membeli pakaian bekas itu terbatas pilihan ukurannya, sehingga banyak yang memaksakan ukuran. Padahal ini bisa jadi masalah," katanya.

Sementara untuk jenis kulit tertentu, seperti dermatitis atopik, ia mengatakan perlu ada perhatian khusus dalam memilih pakaian bekas.

Ia mencontohkan, pastikan pakaian bisa menyerap keringat dengan baik, bebas dari bahan alergi seperti tungau, debu rumah, bulu binatang, dan serbuk sari, serta hindari bahan wol.

"Biasanya, bahan wol bisa mengiritasi kulit pasien dermatitis atopik," katanya.

Tag thrifting pakaian bekas

Terkini