parenting

Agar Anak Terhindar dari Sifat Kekerasan, Psikolog Beri Saran Ini untuk Parents

Nggak hanya pola asuh, ada hal lain yang juga harus diajarkan sejak dini kepada anak agar terhindar dari sifat kekerasaan. Psikolog Rose Mini memaparkannya secara lengkap.


Editor: Cahyaningrum
Minggu, 26 Februari 2023 | 11:04 WIB
Ilustrasi Parents mengajak berbicara anak dari hati ke hati untuk mencari solusi dari sebuah masalah. {Foto: Pexels/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi Parents mengajak berbicara anak dari hati ke hati untuk mencari solusi dari sebuah masalah. {Foto: Pexels/Pavel Danilyuk)

Kasus kekerasan yang dilakukan pada anak, remaja hingga dewasa awal belakangan ini banyak terjadi dan diberitakan oleh berbagai media. Kejadian ini tentu saja memrihatinkan dan membuat Parents mengelus dada.

Bayangkan kalau anak kita yang menjadi korban atau bahkan malah menjadi pelaku kekerasan tersebut. Tentu hal itu nggak diinginkan parents.

Nah, untuk mencegah anak tumbuh menjadi individu yang mudah memilih jalan kekerasan setiap kali dihadapkan pada masalah hidup, Psikolog anak dari Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi menekankan pentingnya pendidikan moral, selain pola asuh.

Dengan pendidikan moral yang ditanamkan Parents sejak dini, anak diharapkan akan tumbuh menjadi indivisu yang memiliki kemampuan memilah mana yang baik dan buruk.

"Kalau kita lihat anak yang suka melakukan kekerasan itu mungkin saja ada pengaruh juga dari pola asuhnya, tetapi juga kadang orang tua tidak mengajarkan yang namanya moral," kata psikolog yang akrab disapa Romi dilansir Antara.

Pendidikan moral, lanjut dia, dapat Parents mulai dengan mengajarkan anak bagaimana caranya berempati. Dengan adanya rasa empati, anak bisa memahami bahwa memukul, salah satu contohnya, merupakan perilaku yang buruk.

Menurut Romi, empati juga merupakan kemampuan seseorang untuk memahami perasaan, pikiran, dan keinginan orang lain yang diajak bicara. 
Apabila mampu berempati kepada orang lain, anak akan lebih bisa memahami kondisi orang lain dan cenderung toleran.

Selain empati, ada banyak hal terkait pendidikan moral yang dapat diajarkan kepada anak seperti fairness atau rasa adil, self-control atau kontrol diri, hingga kindness atau kebaikan atau berbuat baik kepada orang lain.

Apabila hal-hal tersebut diajarkan kepada anak, maka anak dengan sendirinya akan bisa memilah mana perilaku yang baik dan buruk, termasuk tahu perilaku mana yang tidak membuat orang lain terluka.

Sebaliknya, jika tidak pernah diajarkan, maka akan berdampak pada ketidakpahaman yang dialami anak.

Romi menilai moral merupakan sesuatu yang tampaknya terberi dari Tuhan. Akan tetapi, jika tidak distimulasi dan tidak diasah, maka akan sulit bagi seseorang untuk memahami dan memilah mana yang baik dan buruk.

Terlepas dari pendidikan moral, pola pengasuhan juga menjadi hal penting lainnya yang harus dipahami orang tua guna mencegah munculnya sifat kekerasan pada anak di masa mendatang.

Ada empat jenis gaya pengasuhan antara lain otoriter, permisif, neglected atau pengabaian, serta demokratis.

Menurut Romi, setiap pola asuh tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun sebetulnya, kata dia, Parents bisa memilih akan menerapkan pola asuh yang mana.

"Anehnya orang tua kadang-kadang tidak melakukan itu. Kalau sudah pernah pakai satu gaya pola pengasuhan, itu yang terus-terus dipakai. Jadi dominannya ada pada satu gaya pengasuhan," jelasnya.

Ia menuturkan sebetulnya pola asuh harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari keadaan pada saat ini. 
 

Tag kekerasan Parenting kekerasan anak anak

Terkini