parenting
Jangan Marah Saat Tegur Anak, Ini Cara yang Baik dan Benar
Terkadang orang tua lupa bahwa tujuan mendisiplinkan anak adalah memberikan pedoman dan batasan yang tegas agar anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta konsekuensinya.
![Ilustrasi ibu dan anak [Pexels.com]](https://image.indoparents.com/thumb/745x489/2023/10/04/B0xpnTDHi0iJB1WYNAKHeqh2evSTQvOryEFXWWRt.jpg)
Orangtua sering kali merasa marah ketika anak melakukan kesalahan. Padahal, marah kepada anak, terutama yang masih belia, bukanlah cara yang baik karena dapat berdampak negatif pada perkembangan psikis mereka.
Menegur boleh, asalkan tidak dengan marah-marah. Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk melakukannya? Dilansir dari laman Mitra Keluarga, berikut beberapa tipsnya:
1. Jangan pernah melakukan tindakan kasar
Cara pertama adalah menghindari tindakan kasar seperti berteriak dengan emosi yang meledak-ledak atau mengeluarkan perkataan yang merendahkan anak. Kata-kata kasar merupakan bentuk kekerasan verbal yang bisa berpengaruh buruk pada perkembangan psikologis anak. Ahli meyakini bahwa efek psikologis dari omelan dengan kata-kata kasar sama buruknya, bahkan mungkin lebih buruk, daripada kekerasan fisik. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus berhati-hati dengan penggunaan kata-kata yang kasar ini, karena bisa berdampak negatif pada perkembangan emosi dan perilaku anak.
2. Hindari membuat batasan atau aturan yang tidak perlu
Beberapa orang tua mungkin berpikir bahwa dengan membuat banyak aturan, mereka sedang memberikan disiplin kepada anak. Namun, sebenarnya, terlalu banyak aturan yang tidak perlu justru dapat membatasi ruang gerak anak dan menghambat eksplorasi diri mereka. Sebaiknya, libatkan anak dalam pembuatan aturan. Ajak mereka berdiskusi dan berikan kesempatan untuk menyampaikan ide dan pendapat mereka. Hal ini membantu anak memahami pentingnya aturan dan batasan yang diberikan.
3. Berpikir bahwa disiplin itu menghukum
Terkadang orang tua lupa bahwa tujuan mendisiplinkan anak adalah memberikan pedoman dan batasan yang tegas agar anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta konsekuensinya. Disiplin ini bertujuan agar anak belajar bagaimana mengatur diri sendiri dan tidak perlu dihukum. Sebagai orang tua, tunjukkan kepada anak cara membuat pilihan yang baik dan perilaku positif yang akan berdampak baik bagi mereka.
4. Jadilah panutan yang positif
Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka belajar perilaku dan nilai-nilai kehidupan dari pengamatan dan peniruan orang tua. Oleh karena itu, sebagai orang tua, berikan contoh yang positif, karena Anda adalah role model utama bagi anak. Misalnya, jika ingin mengajarkan anak tentang kejujuran, tunjukkan dengan bersikap jujur kepada mereka. Berikan penjelasan yang sesuai dengan perkembangan usia anak ketika mereka bertanya tentang sesuatu. Hindari berbohong atau memberikan informasi yang tidak sesuai usia mereka.
5. Terapkan aturan yang konsisten
Ketika hendak mendisiplinkan anak, berikan instruksi yang jelas tentang apa yang diharapkan dari mereka. Selalu konsisten dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan dalam keluarga. Disiplin merupakan ekspresi kepedulian orang dewasa terhadap anak, dan merupakan komponen penting dari kasih sayang orang tua.
6. Hindari sikap sinis dan menghakimi
Menggunakan hukuman verbal dan sikap sinis serta menghakimi anak adalah tindakan yang keliru. Kekerasan verbal dan hukuman dapat meninggalkan luka emosional yang berkepanjangan pada anak. Selain itu, hindari memberi label negatif kepada anak, seperti nakal atau bandel, karena hal ini dapat membentuk identitas negatif yang dibawa oleh anak sepanjang hidup.
7. Hindari penggunaan kata "jangan" dan "tidak"
Kata-kata "jangan" dan "tidak" seringkali kurang menyenangkan bagi anak. Fokuslah pada kesalahan anak daripada menekankan hal-hal negatif dengan menggunakan kata-kata tersebut. Lihat segala sesuatu dari perspektif yang lebih positif dengan membahas apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik. Jika anak merengek atau membalas, tunjukkan beberapa contoh bagaimana berbicara dengan baik dan ramah.
Ingatlah untuk selalu menyampaikan kemarahan secara tulus ketika mendisiplinkan anak, tanpa tindakan emosional atau fisik yang merugikan mereka. Hindari ancaman untuk membuat anak menurut, karena hal ini dapat membuat mereka menggunakan kekuatan negatif untuk memanipulasi situasi.