parenting

Tekanan Akademis Jadi Salah Satu Pemicu Anak Kena Gejala Depresi

Tekanan akademis dan tingginya ekspektasi orang tua bisa menjadi pemicu anak menjadi depresi.


Editor: Yani
Selasa, 10 Januari 2023 | 08:29 WIB
Ilustrasi anak depresi. (Freepik)
Ilustrasi anak depresi. (Freepik)

Tekanan akademis dan tingginya ekspektasi orangtua bisa menjadi salah satu penyebab paling umum pemicu munculnya gejala depresi dan kecemasan anak loh Moms and Dads.

"Kebanyakan yang kami temukan anak dengan gejala depresi dan kecemasan. Kebanyakan stressor dari Tekanan akademis, ekspektasi orang tua dan keluarga, atau masalah keluarga," ujar Co-founder Ubah Stigma Asaelia Azeela seperti dilansir Antara.

Dampak adanya tekanan tersebut, anak akan cenderung kehilangan konsentrasi ketika belajar. Walhasil performa akademik sang anak juga ikut menurun.

Ia mengemukakan, persoalan tersebut terjadi karena anak dibayangi pikiran dan perasaan yang mereka rasakan. Selain itu, mereka juga tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.

Sementara itu, anak juga kurang didampingi orang tua sehingga kesulitan meregulasi emosi dan ini berdampak pada interaksi sosial mereka.

"Mereka cenderung memiliki keperibadian tertutup, merasa ada yang salah dengan dia. Banyak kasus yang kami temukan menjadi menyakiti diri sendiri secara fisik," kata dia.

Jika terjadi hal tersebut, Psikolog anak dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Annelia Sani Sari mengingatkan, ketika anak diketahui mengalami gejala masalah mental tersebut, maka orang tua dan dewasa di sekitar anak perlu segera membantu mengatasinya.

"Masalah mental yang tidak segera atasi bisa berlanjut dan membesar di kemudian hari. Kemudian yang tadinya area masalah terkait belajar misalnya, dia akan menyentuh ke area lain seperti emosi, sosialisasinya dan ini akan menjadi masalah yang kemudian kompleks dan akhirnya menjadi gangguan mental yang besar," ujar dia.

Ia mengingatkan, masalah mental yang tak segera diatasi bisa menyebabkan anak sukar pulih, mendapatkan stigma buruk dari lingkungan sekitarnya, terhambat untuk mendapatkan akses layanan kesehatan dan pendidikan. Bahkan rentan gangguan perilaku atau gangguan psikologis yang lebih serius dan berat, mengalami keterlambatan perkembangan serta sulit mencapai kualitas hidup yang baik dan produktif.

"Sulit dibedakan antara sebuah fluktuasi perilaku saja atau gangguan. Untuk mengenalinya perlu suatu usaha," kata dia.

Sementara pengetahuan yang dimiliki orang tua, tenaga kesehatan jiwa terbatas, ditambah banyak kepercayaan di masyarakat misalnya "enggak apa-apa anak laki-laki enggak bisa diam", padahal mungkin ada gangguan hiperaktivitas atau gangguan pemusatan perhatian.

Untuk bisa mendeteksi dan menggali jika ada masalah yang anak hadapi, orang tua bisa mencoba banyak mengobrol dengan anak. Cobalah saling berbagi apa yang sedang dirasakan sembari mengeluarkan berbagai kecemasan.

Tag depresi psikologi anak tekanan akademis emosi anak

Terkini