konsultasi
Bikin Pusing Kepala dan Stres, Bagaimana Menghadapi Anak Tantrum?
Jangan galau atau bingung bila Moms n Dads menghadapi si kecil yang sedang tantrum, coba lakukan enam saran dari pakar ini.
Moms n Dads pasti pernah menghadapi anak tantrum.
Kalau sudah begini kebanyakan orang tua bingung, mesti bagaimana? Karena melakukan tindakan apapun biasanya serba salah, karena si kecil tetap ngamuk dan rewel. Bikin pusing kepala Moms n Dads.
Ya, tantrum memang menjadi masalah paling sering dialami balita. Nggak jarang Moms n Dads kesulitan mengatasi dan menghadapi anak tantrum, apalagi kalau terjadi di tempat umum. Duh bisa bikin pusing tujuh keliling bahkan frustasi.
Namun perlu Moms n Dads ketahui, tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal. Mengapa? Karena ternyata dengan caranya itu, si kecil sedang berusaha menunjukkan kekesalannya.
Umumnya, tantrum akan terjadi pada tahun kedua kehidupan anak, saat perkembangan bahasa anak usia dini mulai berkembang.
Nah, kalau di psikologi disebutnya anak tengah mengalami temper tantrum. Apa itu?
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., dilansir dari situs dancow.co.id, mengatakan bahwa temper tantrum adalah luapan atau ledakan emosi anak yang sulit dikendalikan.
Tantrum ditandai ketikan si kecil menangis, merengek, menjerit, menendang atau memukul.
Kondisi tersebut biasanya terjadi pada balita usia 1 sampai 3 tahun.
“Anak-anak usia toddler biasanya rawan mengalami tantrum,” jelasnya.
Meski tampak mengkuatirkan, temper tantrum sebenarnya masih tergolong normal karena merupakan bagian dari proses perkembangan.
Lantas, Apa Sih Penyebab Tantrum?
Anak tantrum umumnya disebabkan oleh rasa kesal, marah, dan frustasi. Bisa juga muncul karena anak merasa lelah, lapar, dan tidak nyaman.
Tindakan agresif tersebut terjadi akibat anak sulit mengungkapkan apa yang diinginkan dan butuhkan, karena keterampilan berbahasanya di usia tersebut belum berkembang dengan baik.
“Anak-anak toddler mulai bisa memahami lebih banyak kata yang mereka tangkap dan dengarkan, meski begitu kemampuannya untuk memproduksi bahasa, masih sangat terbatas,” ujar Vera.
Saat si kecil nggak bisa mengekspresikan apa yang dirasakan atau diinginkannya, rasa frustrasi pun menguasainya.
Selain keterampilan bahasa yang belum memadai, penyebab temper tantrum pada toddler, mulai dari mencari perhatian, keinginan yang nggak terpenuhi, rasa frustasi, kelelahan, orang tua yang mengekang, hingga anak yang memang temperamental.
Namun, Moms n Dads nggak perlu kuatir karena, kata Vera, seiring bertambahnya usia, kemampuan berbahasa anak akan semakin meningkat.
“Sebagai periode dari perkembangan, tantrum biasanya cenderung berakhir sebelum anak memasuki usia sekolah dasar di mana kemampuan bahasanya sudah lebih mahir sehingga dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi lebih baik,” urainya panjang lebar.
Selain itu, anak juga lebih mampu untuk mengendalikan emosi sebagai salah satu tahap perkembangan sosial emosional anak usia dini.
Vera menambahkan tantrum di usia batita bukan mencerminkan anak yang manipulatif, tapi memang anak tengah mengalami masa sulit dalam mengendalikan emosinya termasuk dalam merespons rasa frustasi.
Meski begitu, Moms n Dads perlu tahu tanda anak tantrum yang melebihi batas. Seperti apa tanda-tandanya?
- Sering mengamuk dalam waktu yang lama
- Saat mengamuk, anak melakukan kontak fisik dengan orang lain.
- Yang bikin kuatir, marahnya bisa sampai melukai diri sendiri.
Nah, kalau anak sudah menunjukkan tiga tanda tersebut, Moms n Dads jangan anggap sepele, karena berisiko tinggi gangguan emosional pada anak.
Segera konsultasi ke dokter atau psikolog yang akan membantu menangani setiap masalah fisik atau psikis yang tengah dihadapi anak.
Kedua ahli tersebut juga mungkin akan memberikan sejumlah saran dalam mengatasi ledakan amarah itu.
Tips Menghadapi Anak Tantrum
Lantas, apa yang harus dilakukan Moms n Dads saat anak tantrum? Berikut tips dari Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, tentang cara menghadapi anak tantrum.
1. Kepala Dingin
Si kecil nggak akan bisa mendengarkan alasan saat tantrum. Ia akan memberikan respons, secara negatif, terhadap teriakan ataupun ancaman orangtuanya.
Semakin Moms atau Dads berteriak untuk memintanya berhenti, perilaku anak akan semakin nggak terkendali
Oleh karena itu Vera menyarankan orangtua berhenti teriak dan cobalah duduk dan tetap berada di samping anak sembari menunggunya selesai menumpahkan kemurkaannya.
Peluk si kecil bila mulai menyakiti dirinya atau orang lain misalnya memukul atau membenturkan kepala.
Moms n Dads jangan berpikir untuk meninggalkannya, karena malah akan membuat anak tambah frustasi, merasa ketakutan.
Bila Moms n Dads mulai terpancing emosi, Vera menyarankan agar meninggalkan ruangan selama beberapa menit, tetapi anak masih bisa melihat orangtuanya atau ada orang lain – pengasuh atau orang terdekat, seperti kakek nenek, yang menjaganya dan kembali setelah anak berhenti menangis.
Dengan tetap tenang, Moms n Dads juga sebenarnya tengah membantunya untuk tenang kembali.
2. Memosisikan Diri sebagai Orang Tua
Moms atau Dads mungkin sangat tergoda untuk menyerah demi menghentikan tantrumnya, tapi cobalah untuk tidak kuatir dengan apa yang dipikirkan orang lain.
Percayalah, semua orang tua pernah mengalaminya.
Moms n Dads hanya akan mengajari anak bahwa tantrum merupakan cara baik untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Bila ini dibiarkan justru menjadi pondasi yang buruk bagi anak dan bisa menimbulkan konflik di masa mendatang.
Daya tawar yang lemah inilah yang ia butuhkan dari Moms n Dads nggak bisa menguasai keadaan.
Jika Moms n Dads berada di tempat umum dan tantrum anak ‘kumat’, segera membawanya pergi ke tempat yang lebih tenang atau sepi sampai si kecil tenang kembali.
3. Bicarakan Kemarahan Anak
Setelah anak tenang cobalah duduk di sampingnya, ajak bicara apa yang dirasakan.
Saat Moms n Dads mendengarkan curahan hati si kecil, pahami apa yang dirasakannya.
4. Menunjukkan Kasih Sayang
Saat kondisi si kecil tenang usai tantrum, Moms atau Dads punya kesempatan untuk berbicara lembut mendiskusikan apa yang dia rasakan dan penyebab kemarahannya sambil memeluknya.
Katakan pada anak, bahwa Moms dan Dads menyayanginya.
Pelukan adalah hadiah terindah orang tua untuk anak yang bisa semakin membuatnya tenang dan nyaman.
5. Cari Tahu Pemicu Anak Tantrum
Ingat-ingat situasi seperti apa yang membuat anak selalu tantrum agar orang tua bisa berusaha untuk menghindari situasi tersebut.
Jika anak marah saat lapar, bawalah camilan untuknya. Bila dia jengkel di petang hari, berarti Moms mesti menyelesaikan pekerjaan di pagi hari.
Bisa juga Moms n Dads mendiskusikannya agar mendapat solusi yang menyenangkan semua pihak.
Oya, evaluasi juga tindakan atau sikap Moms n Dads terhadap anak selama ini. Sering mengatakan “tidak” atau bersikap egoiskah terhadap. Jika ya, bukan nggak mungkin sikap tersebut justru menjadi penyebab stres pada anak yang menjadi pemicu tantrum.
6. Waspada Gejala Stres pada Anak
Nah, bila anak menunjukkan tanda-tanda tantrum yang berlebihan, berarti anak mengalami gangguan emosional yang tentu saja bisa pula menjadi penanda stres.
Bila kondisi itu yang terjadi, Moms n Dads harus segera konsultasi ke dokter atau psikolog untuk mendapatkan penanganan secara tepat.
Dengan penanganan yang tepat, temper tantrum pada anak diharapkan akan menghilang pada waktunya.
Itulah Tips atau cara menghadapi anak tantrum yang perlu Moms n Dads ketahui.