konsultasi
Perlukah Anak Usia TK Dipaksa Belajar Calistung? Begini Kata Kak Seto
Orangtua diminta jangan memaksa anak yang masih berusia TK untuk belajar membaca, menulis dan berhitung.
Usia anak yang masih berada di tingkatan taman kanak-kanak (TK) sebaiknya tidak perlu dipaksa untuk mengikuti kurikulum pendidikan. Apalagi di saat ini, banyak orangtua yang memaksa anak untuk bisa membaca, menulis dan menghitung (calistung) sejak usia dini.
Psikolog anak Seto Mulyadi, yang akrab disapa Kak Seto, mengatakan, untuk tingkatan TK, anak-anak hanya diwajibkan untuk bermain.
"TK itu betul-betul tempat bermain bukan sekolah, sekolah adalah sekolah dasar. Dari jaman menterinya pak Fuad Hasan, itu sudah ditegaskan bahwa masuk SD tidak ada persyaratan bisa calistung. TK adalah tempat bermain dan bersosialisasi persiapan masuk SD," ujarnya seperti dikutip Antara.
Ia mengemukakan, anak yang masih duduk di tingkatan TK hendaknya hanya dibiasakan untuk bersosialisasi, mengenal konsep kerja sama dengan teman, sopan-santun dan saling menghormati.
Menurutnya, jika hal tersebut bisa didapatkan di rumah, anak tidak perlu masuk pada pendidikan TK secara formal.
"Jadi kalau anak di rumah sudah senang, teman-temannya sudah banyak tetangganya kiri-kanan mungkin saudaranya juga banyak, sudah bisa bersosialisasi dan bekerja sama, itu saja sudah cukup. Jadi kompetensi di SD itu, semester satu anak cukup menghitung sampai 20. Semester dua sampai 100," kata Kak Seto.
Ia juga meminta agar orangtua tidak memaksakan tahap perkembangan anak. Sebab hal tersebut bisa mengganggu perkembangan jiwa anak di masa mendatang.
"Jadi mohon hak anak untuk belajar sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya dihargai, tidak ada paksaan. Jadi jangan sampai dia dipamerkan sudah bisa ini-itu. Ini bukan demi anak tapi kadang demi kebanggaan para orangtua," ujarnya.
Ia pun menyatakan, jika yang paling penting saat ini anak bisa ceria dan bahagia.
"Yang penting adalah kita bahagia menatap putra-putri kita yang ceria karena anak bukan ingin kreatif atau cerdas aja tapi juga bahagia," ujarnya.
"Jadi jangan sampai ada kekerasan atas nama pendidikan karena itu justru akan kontraproduktif dan hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan bersama," katanya.