konsultasi

Cegah Ledakan Emosional & Perilaku Berisiko, Bagaimana Cara Menghadapi Anak di Masa Pubertas?

Simak penjelasan lengkap psikolog agar komunikasi Parents dengan anak berjalan lancar dan masa pubertas pun dapat dilalui anak dengan baik.


Editor: Cahyaningrum
Senin, 17 April 2023 | 09:50 WIB
Ilustrasi orang tua sedang berbicara dengan anak perempuannya yang memasuki masa pubertas. (Foto: Pexels/Gustavo Fring)
Ilustrasi orang tua sedang berbicara dengan anak perempuannya yang memasuki masa pubertas. (Foto: Pexels/Gustavo Fring)

Simak penjelasan lengkap psikolog agar komunikasi Parents dengan anak berjalan lancar dan masa pubertas pun dapat dilalui anak dengan baik.

Tanya:
Di masa pubertas, anak nggak hanya mencapai kematangan reproduksinya, tetapi sistem tubuh lainnya juga mengalami kematangan.

Salah satunya otak remaja mengalami perkembangan yang cepat pula.

Pembentukan identitas pun akan terjadi sehingga banyak perubahan emosional baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.

Menyesuaikan diri dengan pubertas bisa jadi sulit bagi Parents dan anaknya yang beranjak remaja.

Lantas, bagaimana Parents menyikapi hal ini dengan bijak untuk mencegah ledakan emosional dan perilaku anak yang berisiko di masa pubertasnya?

Jawab: 
Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga Roslina Verauli M.Psi mengatakan Parents diharapkan bisa menjadi teman diskusi bagi anaknya ketika masa pubertas untuk menghindari ledakan emosional dan perilaku berisiko.

"Orang tua menjadi jaring pengaman bagi putra putri ketika mereka memiliki problem. Pendampingan di rumah adalah landasan dari segalanya," ucapnya dalam sebuah webinar kesehatan di Jakarta, Sabtu (15/4/2023) dilansir Antara.

Anak remaja pada masa pubertas, sambung Vera, juga butuh pendampingan Parents dari sisi psikologis.

Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja dan bisa jadi memicu kerentanan remaja.

Nggak cuma itu, peran Parents juga sangat besar dalam psiko sosial remaja, di antaranya menunjukkan penerimaan dan kasih sayang, memberikan model afeksi yang tepat, memberikan informasi tentang pendidikan seksualitas, memberi akses ke profesional untuk remaja, dan melatih membuat keputusan seksual yang sehat.

"Tugas kita sebagai orang tua memberikan pendidikan seks berkualitas dan gender agar Putri kita nanti mampu membuat keputusan seksual yang tepat untuk dirinya hingga nanti di usia dewasa 20 tahun," ujar Vera.

Selain itu, jika anak bercerita, Parents harus menunjukkan menerima mereka. Jika komunikasi Parents negatif, anak cenderung akan menghindar.

Menurut psikolog lulusan Universitas Tarumanegara ini, saat pubertas remaja sedang butuh dukungan, tidak hanya dari Parents, tapi juga dari teman-temannya.

Jika ada masalah dalam komunikasi, mereka berpotensi akan lari ke sosial media yang jauh lebih beresiko.

"Dekati anak sesuai dengan jamannya, dengan teknik yang sesuai dengan si anak. Contohnya dengan membahas film, lirik lagu atau sosial media yang mereka ikuti," jelasnya. .

Terkait masalah kesehatan reproduksi, Vera berpendapat, anak remaja harus dipenuhi kebutuhan nutrisi dan aktivitasnya untuk bisa mengeluarkan hormon yang terjadi selama masa pubertas.

"Anak remaja membutuhkan energi besar. Mereka harus cukup tidur, walaupun di usia remaja mereka susah tidur. Bahkan, jumlah jam tidur remaja lebih besar daripada anak SD. Cukupkan exercise atau olahraga karena ini baik untuk release hormon, dan berikan nutrisi yang sesuai,” tutupnya.

Tag masa pubertas Parenting pubertas anak

Terkini